Wanita & Takdirnya

Januari 24, 2017
vct.jpg
Ujung mata saya menangkap kegelisaan wanita muda yang duduk tidak jauh dari tempat saya berdiri, dan saya mencoba mendekat sekedar mengetahui perihal apa yang membuat wanita muda itu gelisah.

“ Ambil obat juga Mbak ?” tanya saya, kalimat standar yang cukup ampuh sebagai pembuka pembicaraan, Wanita itu hanya mengangguk

“ Masnya juga ambil obat ?” tanyanya lirih

“ Gak, saya cuma dampingin teman”

“ Oh..” jawabnya datar.

Dan kembali ada jedah diantara kami.

“Saya kena dari suami, baru 2 minggu lalu dia meninggal,” kalimat itu mengalir tanpa saya tanya. “Tapi Alhamdulillah-nya 2 anak saya negative, saya gak bisa bayangin kalau 2 anak saya juga positif” dan tidak lama berselang air matanya tumpah.

“Sudah terapi berapa lama?” tanya saya

“Baru dikasih obat untuk 2 minggu, tapi pala saya sering pusing dan mual”

“Oh… itu biasa mbak, coba aja tar konsul ma dokternya pas periksa”.

“Mas, saya takut mati, setiap malam gak bisa tidur kepikiran terus, kalau saya mati apa ada yang mau nguburin ya kalau tahu “status” saya” dan tangisnya pun kembali pecah.

“Wajar mbak takut mati, semua orang pasti ada perasaan itu. Tahu gak mbak, mati itu bukan cuma milik orang yang sakit, orang sehat juga bisa mati, sama halnya mati itu bukan cuma datang kepada orang-orang tua, anak-anakpun banyak yang mati juga kan. Dan satu hal mbak, setidaknya dengan tahu “status”, mbak diberi kesadaran sama Tuhan untuk selalu mendekat dan menjalani hidup lebih baik dari saya dan orang-orang diluar sana.”

Ketika hidup tidak memberikan banyak pilihan dan ketika arah mata angin tak berpihak, tetap bersabar dan berprasangka baik pada Sang Pencipta, karena sesuatu pasti ada batasnya seperti lagunya Bandar Naira ;
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti,
Yang hancur lebur akan terobati,
Yang sia-sia akan jadi makna,
Yang terus berulang suatu saat henti,
Yang pernah jatuh ‘kan berdiri lagi,

#SeorangwanitayangsayatemuidipoliVCT

 


ADHA ( Anak Dengan Hiv Aids ).

Januari 24, 2017
unay
Siang tadi selepas support visit dampingan anak penderita kanker dan penyakit beresiko tinggi di RSCM, seorang teman mengirim pesan kepada saya yang intinya mengajak saya bergabung dengan salah satu LSM yang fokus menanggani ADHA ( Anak Dengan Hiv Aids ).

Saya tidak mengiyakan dan juga tidak menolak karena banyak hal yang harus saya pikirkan, salah satunya masalah komitmen, karena menjaga sebuah komitmen merupakan hal penting bagi diri saya.

Mengenai ADHA saya jadi teringat percakapan saya dengan seorang teman beberapa hari yang lalu.

“ Yang ini “ ucap seorang teman sambil menunjuk salah satu anak gadisnya yang berusia 8 tahun, dan saya hanya mengangguk sambil tersenyum.

Percakapan sore itu sedikit banyak memberikan pelajaran bagi saya bahwa bukan masalah lamanya kita hidup di dunia tapi seberapa berkwalitas umur yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Keadaan anak teman yang saya temui sore itu jauh lebih baik dibanding keadaan anak seorang teman yang senin lalu saya antar ibunya “keperistirahatan terakhir”.

Banyak pertanyaan yang berkecamuk dikepala sampai detik ini, walau saya tahu jawaban dari semua pertanyaan itu cuma satu, Ikhlas terhadap semua takdir yang sudah digariskaan SANG PENCIPTA dan berusaha selalu berprasangka baik tehadap takdirNya, karena itu merupakan sebagian dari IMAN.

#tulisanmenungguwaktuisya

#ADHA
#ODHA

 


Lomba Mewarnai

Januari 24, 2017

warnai-inay

Sedari kecil saya membiasakan anak-anak saya melakukan apa-apa yang mereka sukai tanpa ada tekanan selama apa yang mereka lakukan tidak melanggar norma sosial dan agama.

Beberapa waktu lalu guru sekolah abang Inay bicara dengan istri saya mengenai lomba antar TK dan Abang Inay terpilih untuk ikut lomba sholat berjamaah sebagai Imam, tapi Abang Inay menolak dan memilih ikut lomba mewarnai.

Sepulang kerja istri saya menyampaikan hal tersebut kepada saya dengan harapan saya bisa merayu abang Inay agar mau ikut lomba sholat berjamaah. Walau pada kenyataannya dia kecewa karena bukannya merayu Inay, saya malah ikutan mendukung kemauan si abang.

Berhubung saya menerapkan bahwa dirumah ini semua mempunya hak yang sama maka saya panggil abang Inay untuk meminta keterangan mengapa abang Inay tidak mau ikut lomba sholat berjamaah dan malah memilih lomba mewarnai. Dengan santai Inay menjawab bahwa dia suka mewarnai dan mau ikut lomba mewarnai. Walau dilihat secara teknik kemampuan abang Inay masih standar ( mulai gradasi, buka tutup crayon sampai hal-hal detil lainnya ) dan jauh dari kata juara tapi lumayan rapi untuk ukuran anak 5 tahun. Dan saya cukup bangga karena abang Inay sudah berani menyampaikan isi hatinya kepada gurunya tanpa rasa takut.

#lombagambar

#Inay