Assalamu “Alaikum Warahmatullah Wabarakatuh ….
Dalam ‘Feeling the Shoulder of the Lion‘, Rumi pernah menulis bahwa seringkali Tuhan menetapkan keinginnan yang menggairahkan dalam diri kita dan dalam hitungan detik kembali menghempaskan keinginan-keinganan itu, Dia mematahkan sayap-sayap dari satu niat yang ada di diri kita lalu memberikan sayap yang lain, dan kembali Dia patahkan lagi agar rasa ketergantungan kita menjadi besar terhadap-Nya. Adakalanya Allah swt akan datangkan lagi dan lagi ujian kepada orang beriman karena Dia hanya ingin mendengar apa yang diucapkan orang beriman ketika mendapatkan ujian tersebut, mengeluhkah???, kecewahkah??? atau sabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah swt. Ujian-ujian tersebut layaknya sebuah test yang akan menyaring siapakah yang benar-benar beriman diantara hamba-hamba-Nya Seperti buah kelapa yang jatuh keras kebumi, dicabutin sampe gundul, dipukuli sampai belah, dicungkil, setelah itu diparut, diperas baru keluar sari patihnya. Rasanya hal tersebut yang sekarang sedang berlaku terhadap diri Sha adik wanita saya tercinta. Setelah mengalami 2 minggu yang sangat berat dalam hidupnya akhirnya Allah swt mengambil kembali titipan-Nya ( suami tercinta ), hancur lebur seluruh harapan yang ada dihati terlebih dengan 2 orang anak wanita yang masih kecil dan bakal calon bayi yang memasuki bulan ke-6 didalam perutnya.
Manusiawi ketika perasaan takut dan cemas tentang masa depan menghampiri dirinya.
“Kalau sampai Allah ambil dia, gimana nasib anak-anak gw yang masih pada kecil-kecil ditambah gw hamil 6 bulan masa anak gw lahir gak ada bapaknya” ucap Sha diiringin dengan isak tangisnya.
“Tapi kalau Allah sudah berkehendak kita gak bisa apa-apakan !!!, orang yang sehat aja bisa mati, sekarang, gw tinggal menunggu mukjizat, orang ada yang sudah divonis mati aja masih bisa bertahan hidup bertahun-tahun” ucapnya lagi seakan meralat perkataannya sebelumnya.
Sha adalah adik wanita yang saya sangat sayangi , perbedaan usia diantara kami hanya berpaut 2 tahun, kami selalu bersama sejak kecil, saya ingat ketika kecil selepas badha magrib kami selalu kekamar Bunda untuk sama-sama belajar mengaji, dan pada saat itu saya selalu terkena pukulan rotan Bunda karena ketidak seriusan saya membaca susunan huruf-huruf hijaiyyah dan Sha selalu menjadi yang terbaik. Keadaan yang membuat kami selalu bersama-sama, dari sekolah dasar ( SD ) sampai sekolah Menengah Akhir ( SMA ) kita selalu bersekolah ditempat yang sama. Sha adalah tipe orang yang penurut dan cenderung pasrah dalam hidup sehingga jarang terdengar keluhan keluar dari mulutnya. Bahkan sejak usia 5 tahun dia sudah berpuasa Full sampai magrib dan hanya batal 2 hari itupun dia berniat menggantinya saat itu.
Pahit getir hidup selalu menghampirinya, tapi sekali lagi Sha selalu bisa membuktikan bahwa seberat apapun beban masalah yang kita hadapi pastinya itu tak pernah melebihi batas kemampuan kita.
“Kenapa kita harus memusingkan rezeki kita esok hari bukankah Allah swt sudah menjamin untuk perkara tersebut, yang harus kita risaukan adalah bagaimana keadaan iman kita karena untuk perkara ini tidak ada jaminan dari Allah swt.” tuturnya ketika perasaan takut akan masa depan menghampiri.
Begitu tegarnya Sha bahkan dalam keadaan kalut sekalipun dirinya masih bisa tenang ketika menjelaskan perihal yang terjadi terhadap suaminya kepada anak pertamanya.
“Uya ( Azurra, anak pertama Sha 6,5 tahun ) harus ikhlas kalau Allah swt ambil Abi dari kita seperti de Arya ( ponakan Sha yang meninggal 6 bulan yang lalu)”
“Tapi Uya mau Abi balik lagi ke rumah”
“Gak boleh gitu, seperti mainan Uya dipinjam Dede Ia ( Zaskia , anak ke dua Sha 4,5 tahun ) ketika Uya mau ambil kapan aja gak papakan, walau dede Ia nangis sekalipun”
“Uya tetep gak mau, Uya mau Abi balik kerumah”.
Kita tidak pernah bisa mengatur takdir kita, dan entah disadari atau tidak setiap hari kita sedang berjalan menujuh tadi kita masing-masing, tak terkecuali Sha, Sabtu 21 Januari 2012 merupakan hari dimana Allah swt sebagai Pemilik Jiwa memanggil suami tercinta, tidak ada guratan kesedihan, hanya keikhlasan yang tampak di wajahnya, tenang walau saya tahu jauh didalam hatinya ada rasa kehilangan.
Sejak sang suami dirawat di ICU, dirinya selalu dalam keadaan berwudhu dan tidak pernah jauh dari sajadah, setiap ada sesuatu yang membuat hatinya tidak nyaman dia langsung sholat dan bermunajad kepada-Nya, sampai-sampai ketika menjelang magrib saya mengabarkan kepada Sha untuk segera menujuh rumah sakit karena suaminya dalam keadaan kritis dan sepertinya ajalnya tidak lama lagi, Sha tetap tenang diatas sajadahnya, berdzikir dan selalu berdoa.
“Gw berangkat habis magrib aja, gw mau sholat magrib dulu, karena kalaupun Allah swt mau ambil dia gw bisa apa karena itu sesuatu yang sudah pasti dan tidak bisa di tolak, sedangkan kalau gw jalan sekarang takut macet dan sampai sana malah gak bisa sholat magrib”
Saat dirinya didalam taksi dan saya mengabarkan bahwa suaminya sudah meninggal dunia, dirinya masih tetap tenang sambil berucap Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
“Tugas dia didunia sudah selesai, sekarang tinggal gw menata kembali hati dan masa depan bersama anak-anak melanjutkan tugas didunia untuk sama-sama nanti berkumpul di surga-Nya.”
“Gw bisa apa kalau Allah swt sudah membuat keputusan, ini bukan mau dan nafsu gw, kalau nafsu gw maunya dia sembuh dan tetep hidup berada di sisi gw dan anak-anak, tetapi Allah yang memutuskan mengambil dia, jadi untuk apa gw sedih dan kecewa, lain hal kalau gw bercerai.”
Allah…. Rasa tidak ada yang berubah dari diri Sha, sejak kecil sampai saat ini dia masih menjadi sosok yang mengagumkan bagi diri saya.
“Sekarang gw balik kerumah lagi, dan sekarang gw kembali menjadi tanggung jawab elo, maafin kalau kembali merepotkan elo”.
Gak ada yang di repotin Sha, elo akan tetap menjadi adik kesayangn gw, kita pasti bisa lewati ini semua karena Allah swt tidak akan pernah tinggalkan kita. Ya Allah hidayah, Amien..amien….amien…
Berikan kelemahanmu pada Dia yang Maha Membantu
Tangisan dan ratapan adalah sarana yang luar biasa
Ibu yang tengah menyusui,yang dilakukannya hanya menunggu panggilan anaknya
Hanya rengekan awal yang lirih saja,maka dia pun datang
Tuhan menciptakan anak itu yakni,keinginanmu agar ia menangis supaya susu menetes
Menangislah!
Jangan menahan perasahaan dan diam saja dengan sakitmu
Merataplah!
Dan biarkan susu yang Pengasih mengalir ke dalam tubuhmu.
..Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma wabihamdika AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa’atubu Ilaik Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..