Ketika kita mempunyai kelebihan dan memberi kepada yang kekurangan itu merupakan hal yang biasa dan sering kita lihat, tapi mana kala kita sedang berada pada posisi membutuhkan tetapi kita lebih mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan kita sendiri itu baru LUAR BIASA dan hal tersebut teramat langka kita jumpai di kehidupan kita sekarang ini.
Sifat Itsar ( mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan kita sendiri ) , merupakan sifat umum yang di miliki para sahabat Nabi saw seakan menjadikan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka, banyak kisah tercatat dalam kitab-kitab hadist yang menerangkan betapa tingginya sifat itsar yang di miliki mereka saat itu.
Dimana ada seorang Sahabat nabi yang memadamkan lampu agar tamunya tidak melihat sang pemilik rumah tidak ikut memakan makanan yang disediakan karena jumlah makanan yang dihidangkan sangat terbatas dan mereka sekeluarga dalam kelaparan semalaman demi memuliakan tamu mereka, sehingga Allah swt begitu ridhanya dan memuji tindakan sahabat nabi tersebut dengan berfirman “ Dan mereka mengutamakan ( orang-orang Muhajirin ), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesulitan.”
Kita juga bisa melihat ketika peristiwa pengkafanan Hamzah ra ( paman Nabi saw ) yang gugur pada saat perang Uhud, ketika Shafiyah r.ha datang dengan membawa dua kain kafan untuk digunakan mengkafani Hamzah ra yang tubuhnya sangat rusak ( orang-orang kafir telah memotong telinga, hidung, dan anggota tubuh lainnya ), ternyata didekatnya ada seorang Anshari yang mati syahid dalam keadaan seperti itu juga maka kain kafan tersebut di bagi dua dan bagian yang panjang di berikan kepada mayat orang Anshari tersebut sedangkan Hamzah ra memperoleh bagian yang kecil. Inilah kain kafannya paman dari seorang yang mulia baik di dunia maupun di akhirat yaitu Rasulullah saw.
Kita pun tentu pernah mendengar tentang kisah kepala kambing yang berputar sampai ke tujuh rumah dan kembali ke rumah sahabat yang pertama karena masih-masih merasa sahabatnya yang lain lebih membutuhkan dari pada dirinya. Padahal kesemua sahabat sangat membutuhkan pada waktu itu.
Sayangnya pada saat ini sifat seperti itu sangat sulit ditemui, sifat memuliakan saudara muslim lebih dari pada dirinya, sifat yang membuat Almarhum Gito Rollies begitu terpesona dengan seorang teman yang ditemuinya ketika sedang berkunjung ke Bangladesh untuk “belajar agama” sehingga almarhum mencantumkan namanya di papan nisan kubur beliau, M. Baqi Billa ( perhatikan gambar nisannya ). Begitu mengesankan pelayanan seorang lelaki tua tersebut yang dari segi ekonomi seperti kebanyakan penduduk Bangladesh, sangat jauh bila dibandingkan orang yang termiskin di Jakarta, rumah mereka hanya seadanya, tapi sifat Ikramnya begitu kentara, mereka akan mengeluarkan makanan yang terbaik yang mereka punya demi untuk menyambut dan memuliakan tamu mereka. Bahkan tak segan-segan mereka memotong ternak peliharaan mereka, dan sering kali mereka tak akan memakan apapun sebelum kita tamunya makan terlebih dulu, Subhanallah, Ajib pelayanan mereka.
Kisah yang sama pun pernah dialami kami sekeluarga khususnya Sha ( adik saya ) , ketika melahirkan anak pertamanya yang saat itu Sha tinggal dengan mertuanya yang sudah mulai sakit-sakitan di Cilengsi Bogor berarti praktis tidak banyak yang bisa beliau lakukan untuk membantu Sha, Untungnya Allah utus seorang sahabat yang sangat LUAR BIASA, semoga Allah terima pengorbanan beliau dan suaminya dan semoga anaknya menjadi Hafiz ( saat ini sedang mondok ). Sahabat ini bukan dari orang berkecukupan, penghasilannya hanya dari menjual kue pancong di sekolah, kalau habis sehari hanya mendapatkan untung Rp. 6.000 ( ENAM RIBU RUPIAH ). Kontrakan beliau 125 ribu sebulannya ( jangan tanya bentuknya secara hari gini kontrakan dengan harga segitu ) dan harus menghidupi 3 orang anaknya, 2 anaknya sempat berhenti sekolah karena tidak ada biaya, sampai akhirnya seorang teman memasukan salah satu anaknya ke pesantren hafiz qur’an secara gratis.
Apa yang beliau lakukan sampai kami terkesan dan merasa begitu jauh dari surga-Nya . Wanita ini menghandle dan mencucikan pakaian kotor yang terkena darah ketika Sha melahirkan, dan tidak itu saja bahkan setiap pagi selama seminggu wanita ini yang membawa makan untuk dimakan Sha walau apa yang beliau berikan sangat seadanya tapi itu semua keluar dari hatinya. Ketika Sha memintanya untuk tidak usah repot-repot membantunya , wanita itu menjawab bahwa beliau malu tidak bisa memberikan materi ( kado dan uang ) seperti ibu-ibu yang lain jadi dia hanya menyumbangkan tenaganya, dan beliau meminta kerelaan Sha untuk menerima bantuannya. Allahu Akbar.
Seringkali dirumahnya tidak ada makanan tapi ketika datang tamu yang ingin bersilaturahmi maka tak segan-segan beliau berhutang demi memuliakan tamunya, Saya jadi ingat hal-hal ini pernah juga di lakukan Rasulullah saw, para sahabat dan orang-orang shalih terdahulu. Karena berhutang tidak di haramkan dalam agama yang di haramkan adalah riba dan tidak membayar hutang.
Teramat jauh apa yang mereka lakukan bila dibandingkan kita, hari ini kita merasa sangat keberatan bila ada tamu yang datang, pada hal dahulu para sahabat Nabi akan bersedih kalau sampai 3 hari rumahnya tidak kedatangan tamu, dan menurut salah satu riwayat Allah swt tidak akan menghisab rezeki yang kita berikan untuk menjamu tamu.
Karena begitu pentingnya kita dalam menjamu tamu dan memuliakan saudara muslim banyak hadist yang di riwayatkan berkenaan dengan hal tersebut salah satu nya hadist berikut ini, Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir , hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir , Hendaklah dia menyambung silaturrahmi. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” ( H.r. Bukhari ).
Semoga Allah dengan Rahman dan Rahim-Nya memberikan kita semua kemampuan untuk mencontoh apa yang para sahabat Nabi lakukan. Dan memberikan kekuatan kepada kita untuk selalu menjaga tali silaturrahmi.
Bahan Bacaan : Fadilah Amal ( Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a )., Muntakhab Ahadits ( Maulana Yusuf Al-Kandahlawi Rah.a )
Ucapan terima kasih atas comment dan kunjungannya :
hanggadamai , JB’lOg , Zulmasri , Eucalyptus , RawkchitecT , Agus Taufiq Hidayat , olangbiaca , edratna , diana, tasmerah , Tabriz , Ibn Abd Muis , daeng limpo , Yoga , antown , norie , realylife , Sang Penulis , ven , RhyzQ , rhainy —
Kadang kala kita tahu akan hal itu. tapi kita melupakan itsar…..
mari kita benahi lagi diri kita untuk bisa menerapkan itsar sesama sodara….
masya Allah untuk kluarga yg jualan kue pancong ituh, smoga Allah melimpahkan rizki yg cukup..
*kl memuji usahakan ucapkan masya Allah.. utk liat benang merahnya, coba kaji surat al Falaq di bagian ‘hasad’ nya.. gw tunggu*
Assalamu’alaikum
Itsar…, singkat namun mendalam. Do’ain ya, semoga sifat ini menjadi bagian dari pribadi ane….
Syuqron. Wassalamu’alaikum
Thanks mas Landy, saya perlu bacaan-bacaan seperti ini 🙂
Tapi jaman sekarang serba salah ya mas, maksud hati mau menjamu tamu dengan sebaik2nya, tapi kadang malah orang mengira kita boros atau “kebanyakan” duit :(, tapi Insya’Allah yg penting niat kita baik..ya gak?
Jarang ada yang bisa itsar di dunia…. padahal pelem pelem hollywood banyak banget yang mengajarin itsar yahh… kaya armageddon, resident evil, hmm…. mungkin manusia masih mementingkan ego nya dulu…
bagus tulisannya, jadi terinspirasi untuk berbuat kepada kebaikan…
memiliki sifat mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan sendiri (itsar) adalah sebuah kebaikan
berbanding tebalik dengan :
jika memiliki kebiasan lebih suka menyalahkan orang lain tanpa mau bermuhasabah itu sebuah kejelekan
Subhanallah, itsar atau mendahulukan orang lain dibandingkan diri sendiri adalah perbuatan yang sangat berat tetapi sangat mulia. Dan itsar tidak akan pernah bisa dilakukan seandainya kita masih memiliki ego apalagi berpikir tentang baju, manhaj, mahzab, ulama yang dianut saudaranya. Mudah-mudahan kita bisa mengimplementasikan kembali apa yang telah dilakukan salaf ash-shalih pada masanya dulu. Barakallahu fiikum.
iya bang, butuh keikhlasan dalam itsar itu.
Assalamualaikum,wr,wb..
aduh jadi nagis…hiks..hiks…
jadi inget my grandma…heks..heks..
http://camelisonta.wordpress.com/2008/04/12/my-grandma/
terima kasih telah memuliakan saya kemarin sebagai tamu
mari tiru teladan dari sikap Rasulullah dan para sahabatnya
hehehe ada hal yg sy suka dari posting ini…bukan tentang isinya semata… tapi referensi pd bagian paling bawah posting.enurut sy, posting itu seharusnya begitu, jelas dari mana sumber atau setidaknya rujukan inspirasi.
bukankah ini tradisi akademis islam saat para perawi hadist harus menyantumkan dari siapa-siapa saja dia dapatkan hadist itu. Ingat bro, hadist itukan usapan sang rasul. Kita beragama berdasarkan sunah2 beliau. krn itu hadist harus dijaga keontentikannya 🙂
itulah mengapa sy suka hadist (heheh ngak nyambung 🙂 )
innalillahi ….
semoga amal ibadahnya diterima disisi ALLAH SWT dan ekluarga yang ditinggalkan sabar dengan cobaan ini.
amin
weh…keren.
oia, nama di blogroll uda ta ganti mas, uda gak ada “Ustadz”nya lagi, :D. monggo di cek…
Saya jadi rindu dengan itsar
Saya pernah menangis ketika membaca kisah kepala kambing yang berputar di 7 sahabat itu (tapi di artikel itu bukan kepala kambing, namun uang). Subhanallah,,, sampai sebegitunya itsar para sahabat itu.
Saya suka sedih… ketika… membaca hal-hal seperti ini.. Sifat-sifat “asli” muslimat… hampir hilang tergilas oleh keegoisan manusia.
Jazakillah kh kn untuk tulisannya, semoga setiap yang membaca akan tergerak lagi hatinya… Amin
doakan saja dalam waktu dekat
Landy sendiri ada rencana ngga ya jalan3 ke Medan ?
Aku juga punya teman. Dia gak pernah marah dari kelas 1 SMA sampe sekarang Kul tingkat 2. Keren banget!
Ya… Allah suburkan sifat itsar buat umat seluruh alam…
tapi lan kalo sifat itsar dalam hal jodoh baik ga….?
Mungkin masih terlalu berat bagi sebagian kita jika standarnya mengorbankan apa yg kita miliki dan kita butuhkan utk kemudian kita beri dan bagi pada saudara seiman saat ini..
Sebuah pertanyaan untuk hal yg kecil saja, apakah kita masih merasa asing jika bertemu dengan sesama saudara islam yg belum kita kenal dan bukan dari perkumpulan kita, lalu melepaskan wajah penuh senyum dan bersikap ramah dan akrab kepada mereka?
Mungkin ini bisa jadi satu hal yg bisa jadi renungan bersama…
pengorbanan… yang bagi sebagian orang selalu dihitung2 (kapan dibalasnya)… sementara bagian yang lain sibuk mencari celah untuk berkorban lagi (untuk yang lain lagi)…
kok ya rasanya agak risih kalo mo berkorban ikhlas, entah kenapa suka takut dianggap riya’…astaghfirullah….naudzubillah deh….
syukron untuk sharingnya!
Bagus banget neh Lan, makasih udah mengingatkan ttg itsar ini, kadang2 kita lebih sering mendahulukan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan orang lain
Nyasar ke blog ini dr blogwalking. Alhamduillah dapat bahan renungan & pencerahan yg bagus. Semoga kita – terutama saya – bisa terus menerus spiritually berproses. Mmmm….tragis kalo kita lihat kenyataan smakin tingginya korupsi di negri ini.
Assalamu Alaikum
Saya masih perlu belajar dan belajar…thanks atas pencerahnnya sobat
Mas Landy memang selalu menyejukkan hati dengan postingan2 spt ini 🙂
Sukses terus mas !
tukeran link yuk 🙂
punyamu udah kupasang lho
tengkyu
mas Landy…mari bertamu ke rumahku…nanti aku dan suamiku yang menjamu……..
Mampu gak yah saya untuk selalu ITSAR … semoga saya mampu.
Aslkm.
waktu sd dalam PMP belajar Itsar, tp teori doang
moga kita bisa meniru sahabat.amin
tapi kenapa ya banyak wakil rakyat yg memiliki kep pribadi padahal mereka udah digaji buat mikirin rakyat
mari kita sama2 coba terapkan sifat itsar tersebut..
seperti kata AA Gym.. mulai dari diri sendiri.. mulai dari yg kecil..
yg penting niat dan semangat nya..
insyaAllah..
*bener2 harapandiri nih.. hehehe..*
Dibutuhkan dan dibiasakan diri untuk ikhlas, sehingga memudahkan diri bisa dengan keikhlasan pula untuk itsar. Mungkin sedikit yang bisa seperti ini, mudah-mudahan yang sedikit bisa nularinya untuk yang lain